Islam
sudah lama masuk ke bumi Papua, mulai sejak beberapa ratus th. waktu lalu. Hal semacam ini dapat
dibuktikan dengan masih tetap ada
peninggalan-peninggalan ajaran Islam yang dipegang
erat oleh suku-suku di Papua juga sebagai suatu hukum kebiasaan.
Seperti di suatu lokasi pesisir pada Sorong serta Papua, ada satu suku yang di ketahui adalah golongan muslim. Tetapi sayangnya, mereka tidak lagi mengajarkan Islam dengan cara turun-temurun, lantaran mereka dilahirkan juga sebagai muslim tetapi tak mengerti agama Islam.
Mereka telah tak mengetahui Syahadat. Mereka cuma mengetahui satu ajaran kebiasaan, yakni tidak bisa makan babi. Walau babi yaitu santapan yang masyhur di Papua.
Beberapa orang suku itu berasumsi larangan itu juga sebagai hukum kebiasaan, walau sebenarnya itu yaitu hukum Islam. Menariknya lagi, sang kepala suku memiliki satu barang yang sangatlah dikeramatkan berbentuk suatu kotak yang menaruh pusaka turun-temurun. Pusaka itu bukanlah berupa keris, tombak, terlebih pusaka kujang.
Pusaka itu dijaga dengan sangatlah baik, serta dirawat seperti benda bernilai. Walau sesungguhnya mereka tak pernah tahu, serta tak pernah menganggap benda pusaka apa yang sampai kini mereka punyai itu.
Mereka
tak tahu pasti benda apa itu. Saat mulai banyak nelayan muslim yang datang ke
wilayah itu, suatu ketika sang kepala suku menunjukkan pusaka yang telah
disimpannya selama ratusan tahun. Nelayan muslim pun dengan senang hati melihat
pusaka yang ditunjukkan sang kepala Suku. Apalagi benda pusaka tersebut adalah
pusaka yang sangat terjaga.
Kepala Suku Akhirnya Memeluk Islam
Tidak diduga,
saat kotak di buka, beberapa nelayan muslim juga terperanjat lantaran nyatanya isi kotak 'keramat' itu yaitu
suatu Alquran yang telah sangatlah tua.
Nyatanya telah mulai sejak beratus-ratus tahun lantas suku ini berpedoman Islam. Tetapi mungkin saja lantaran tidak ada orang yang mensyiarkan dengan cara turun-temurun, ajaran Islam juga hilang serta tidak lagi dikenali ditempat ini.
Tinggallah suatu pusaka yang diwasiati dengan cara turun-temurun serta mereka anggap juga sebagai benda keramat, yang nyatanya yaitu kitab suci umat Islam, Alquran.
Nyatanya telah mulai sejak beratus-ratus tahun lantas suku ini berpedoman Islam. Tetapi mungkin saja lantaran tidak ada orang yang mensyiarkan dengan cara turun-temurun, ajaran Islam juga hilang serta tidak lagi dikenali ditempat ini.
Tinggallah suatu pusaka yang diwasiati dengan cara turun-temurun serta mereka anggap juga sebagai benda keramat, yang nyatanya yaitu kitab suci umat Islam, Alquran.
Jadi kepala suku ini juga balik memeluk Islam, tidak lama berita hingga pada Koramil serta kecamatan yang camat serta Danramil yaitu Nasrani, mereka memanggil kepala suku itu serta mendampratnya habis habisan lantaran sudah berikan sebidang tanah untuk muslimin bangun Musholla.
Kepala suku dipaksa untuk mengusir mereka serta kepala suku terus pada keputusannya, jadi kepala suku itu ditelanjangi sampai cuma celana dalamnya yg disisakan, lantas ia disiksa serta dicambuki dengan kulit ikan pari, Ikan pari populer dengan kulitnya yang penuh duri tajam yang beracun, kepala suku terus tidak ingin mengubah keputusannya, ia terus mau menjaga pusaka Alqur’an serta tidak ingin melepaskan izin untuk pembangunan mushalla. Subhanallah.
Sebagian peneliti coba meyakinkan ada pusaka suku papua yang nyatanya Alqur’an, merasakan bahwa berita itu memanglah benar ada. Bukan sekedar itu, banyak orang-orang dari luar pulau Papua, seperti dari Jawa, Sumatra, Kalimantan, serta pulau-pulau yang lain. Berniat datang untuk meyakinkan berita itu. Sesudah lihat pusaka secara segera kenyataan itu, banyak yang menangis serta terharu.
Mereka terasa ini yaitu satu diantara sinyal tanda kebesaran Sang Maha Kuasa.
Banyak golongan muslim dari penjuru nusantara yang memiliki misi menggalang dana untuk menolong perkembangan dakwah Islam di daerah papua itu.
baca juga: TERNYATA, PRESIDEN SUKARNO SEORANG PECINTA PUSAKA
Bahkan juga sekarang ini, sehari-harinya sekurang-kurangnya ada satu warga papua yang masuk Islam. Satu diantara tokoh Komite Umat untuk Tolikara (KOMAT) KH. Didin Hafidhuddin mengungkap bahwa kehadiran muslim di Papua makin hari makin bertambah.
Dari tulisan ini, jika Anda memperoleh inspirasi, Anda bisa berbagi ke orang lain. Aar beberapa orang di seputar Anda juga memperoleh ide serta kebaikan. Amin.
Solusi Mustika Ilmu Pelet Semar Mesem Praktis! KLIK DI SINI